Minggu
11 november 2018
Pukul
11.30
“Perjalanan bus Agra-Delhi”
Saya duduk dengan manis di deretan kursi kedua dari belakang,
lengkap dengan menggunakan masker hijau agar menghindari debu, sambil di balut
jaket merah untuk winter. Kala itu saya sedang menikmati angin yang masuk ke
dalam bus lokal ini. Penampakan India yang begitu berantakan dengan seambrek
manusianya. Belum lagi klakson mobil dan motor yang seakan akan tidak akan
berhenti berbunyi di India ini.
Bus perlahan berangkat meninggalkan terminal, selama perjalanan saya
merasakan hati saya yang sangat berat karena besok saya harus kembali ke
Jakarta. Bagaimana tidak, saya sudah mengaggumi India dengan peninggalan
sejarahnya yang begitu luar biasa dan dengan kesibukan orang-orangnya yang
sangat luar biasa. Sepanjang jalan ini pula saya flashback akan memori saya di India.
Jumat, 9 November 2018
pukul 23.45 waktu setempat
“Indira Gandhi International Airport –
New Delhi”
Saya berlari menuju pintu keluar setelah menukarkan dollar saya
menjadi rupee. Saya berlari menuju kerumunan orang yang sedang menunggu di
depan pintu kedatangan bandara. Mencari seseorang pelajar Indonesia yang akan
menemani saya selama 3 hari di India. Terlihatlah wajah khas orang Indonesia
diantara kerumunan orang India, Mas Bayu nama pelajar tersebut. Mas Bayu
merupakan pelajar tingkat akhir yang belajar di daerah Aligarh, sekitar 2 jam
dari New Delhi.
Saat di bus ini saya kembali mengingat pertemuan pertama saya dengan
mas Bayu di bandara. Lengkap mengingat baju hitamnya sambil senyum melambaikan
tangan. Saat itu saya berkata dalam hati “ya Tuhan, sejauh ini saya dari
Indonesia, ternyata masih ada anak bangsa yang menuntut ilmu jauh di sini.”
begitulah pertemuan saya dengan mas Bayu di bandara Indira Gandhi.
Sabtu,
10 November 2018
pukul
1.00
“Dhaula Kuan Metro Station – New
Delhi”
Kami turun dari uber yang mengantarkan kami dari hotel, selepas saya
menitipkan koper. Kami turun di Dhaula Kuan metro station. Lewat tengah malam,
kami menunggu bus yang akan mengantarkan kami dari New Delhi menuju kota
Jaipur. Saya baru mengenal mas Bayu, kami berbincang mengenai kesibukan kami
berdua. Mulai dari bagaimana para pelajar Indonesia yang survive dikala musim
dingin ini. Suhu ketika pagi bisa mencapai 9oC wajar saja sebagai
manusia yang tinggal di daerah tropis tentu akan drop dengan suhu yang tidak
biasanya. Para pelajar satu sama lain saling membantu apabila ada salah satu
pelajar Indonesia yang sakit.
Sungguh hati saya teriris mendengar dan
membayangkan bagaimana beratnya perjuangan para pelajar untuk menuntut ilmu.
Kami juga berbincang mengenai pekerjaan saya yang berada dibidang
kimia. Mas Bayu sangat antusias mendengar saya menceritakan pekerjaan saya ini
sangat terlihat dari raut wajahnya. Tepat pukul 2.00, perbincangan kami
tiba-tiba selesai dan langsung menuju tempat bus yang akan kami naiki. Terlihat
bus kami dari kejauhan, dan saat itu saya berkata “Ok saya akan taklukan
India”.
Sabtu, 10 November 2018
pukul 07.00
“Jaipur -The Pink City-”
Saya melihat kearah jendela
bus, terlihat bahwa saya sudah memasuki kota Jaipur. Jaipur merupakan kota yang
dijuluki pink city. Namun sejauh mata saya memandang, tidak semua bangunan
berwarna pink. Ah mungkin itu sejarah masa lampaunya saja, gumamku.
Tepat pukul 7.30 bus kami
berhenti di tujuan akhir yaitu Sindhi Camp metro station. Lalu Mas Bayu
berdiskusi dengan para supir auto (di Indonesia auto seperti Bajaj). Mas Bayu
menawar-nawar dan akhirnya mendapatkan auto yang akan menemani kami keliling
kota Jaipur ini.
Dan Perjalanan saya yang sangat incredible ini baru dimulai….
Pukul 8.00
Abang auto menurunkan kami
di depan Sawai Jai Singh Statue. Terlihat begitu asri bunderan ini, nampak
seperti bunderan HI di jakarta namun versi kecilnya. Terdapat patung Sawai Jai
yang sedang berdiri kokoh. Terdapat penduduk yang sedang melakukan wefie, ini
merupakan point pertama yang membuat saya kagum dengan India. Begitu sejuk
dengan penduduk yang begitu senang di wajahnya.
Benar saja, ketika memasuki
daerah pusat kota Jaipur, semuanya serba merah. Lagi lagi saya terkagum dengan
kota Jaipur yang indah ini. Sekarang saya paham mengapa di juluki pink city
karena bangunan yang berwarna merah namun pudar karena terik matahari. Semua
bernuansa merah disegala penjuru pusat kota. Sesuatu yang tidak dapat di
deskripsikan karena sungguh begitu indah.
Pukul 13.00
Kami menuju tempat utama
yang sedikit lebih jauh dari kota Jaipur, Amber Fort namanya. Benteng besar ini
berdiri megah dan tentu saja sangat apik bila dilihat dengan mata. Didalam
Amber Fort ini terdapat taman yang berada di tengah gedung ini. Dan yang saya
takjubkan terdapat kaca kaca yang menghiasi dinding yang membuat kesan eksotis.
Sekitar 2 jam saya
menikmati pemandangan amber fort ini. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk
pulang ke pusat kota, yang kemudian melanjutkan perjalanan saya ke kota Agra.
Karena jadwal bus kami jam
11 malam, sedangkan kami sudah selesai di Jaipur pukul 3 sore. Akhirnya kami
memutuskan untuk membeli tiket bus baru dengan jadwal jam 4 sore.
Jumat,
10 November 2018
Pukul
16.00
“Sindhi Camp Metro”
Kami memegang tiket bus
Jaipur-Agra yang kami beli di travel agent. Tentu travel agent ini merupakan
rekomendasi abang auto. Tertulis di tiket bus yang akan kami naiki pukul 16.30
namun, kami belum menemukan dimana bus kami akan berhenti. Sepanjang mata
memandang hanya ada bus lokal dan bus travel lain.
Kami terus berusaha
mencari, dimana tempat bus kami. Mata saya selalu standby ketika ada bus lewat.
Sunguh tidak teratur memang gumamku, agak sedikit kesal. Pukul 16.30 pun tiba,
sampai saat ini kami belum menemukan bus yang akan kami naiki. Kami mulai
panik, kami hubungi pihak travel dan abang auto. Jawabannya? NIHIL. Saat itu
juga kami sadar bahwa ini scam (semacam penipuan).
Kami
menelfon pihak travel.
“where’s our bus? We are at
sindhi camp metro” ujar mas Bayu
“xbshdggewgsdsakjqsdkjsqd”
abang travel dengan Bahasa indianya.
“English please”
“give your phone to driver
auto”
Mas bayu memberikan
telfonnya, lalu kami diajak ke tempat bus yang akan kami naiki. Tentu dengan
harga yang jauh sekali mahal. Dan kami meng-iyakan karena sudah pukul 16.45.
Namun saya merasakan ada sesuatu yang aneh dengan abang auto ini, mengapa
jalannya sangat pelan pelan seperti ini. Dan yang saya bikin geram, bahkan dia
menjauhi perjalanan kami. Ketika sampai di tempat tujuan, tentu saya hafal
tempat ini. Tempat yang kami lewati tadi…. Ah sungguh bercanda abang auto ini.
Namun semuanya berubah ketika kami melihat bus ke tempat tujuan kami.
Mas Bayu menyerahkan tiket
kami ke abang bus yang baru. Juga menceritakan sedikit kejadian yang kami
alami. Abang bus ini mengantar kami ke bus. Dan ketika akan memasukkan bagasi,
abang bus ini bilang
“one person fifty hundred,
both of you one thousand”
Saya langsung bengong,
terkesima.
Mas Bayu pun marah, dia
bilang bagaimana mungkin kami harus membayar kembali sedangkan kami sudah
memiliki tiket. Dan abang bus ini menjelaskan di tiket tertera nomor flat bus
berbeda dengan flat bus ini. Tentu saja ini bukan bus yang tertera di tiket.
Ahhhh benar benar kami di permainkan. Akhirnya kami memutuskan untuk mendatangi
pihak travelnya.
Selama perjalanan menuju
travel, mas bayu menelfon pihak travel.
“hello, we not found our
bus. Please give me back our money”
“we can’t. You just wait
over there our bus will be arrive at a moment”
Saat itu juga kami sampai
di tempat travel. Tentu mas Bayu sangat marah sama pihak travel ini. Apa yang
terjadi, kami dimarahi oleh bapak ini. Sungguh kejam, ditambah lagi ketika kami
ingin melaporkan ke polisi. Mereka menahan kami dan memberikan tiket yang baru
pukul 6 sore. Tentu saja sangat menyita waktu kami dan kami akan tiba di agra
pukul 12 malam apabila kami mengambil bus tersebut.
Pahit
memang saya ketika mengingat kejadian diatas, benar benar bingung saat itu.
Bagaimana mungkin kami sudah pergi jauh dari Indonesia. Tidak ada yang kami
kenal satu orang dari 300 juta penduduk Indonesia. Namun, saya sadar bahwa
setiap perjalanan tidak akan pernah berjalan mulus sesuai keinginan saya.
Sedih, sedih banget kejadian itu namun sekarang kejadian tersebut menjadi
kenangan yang tak pernah terlupakan. Dan akan abadi di pikiran saya sehingga
dapat membuat pribadi saya lebih dewasa dan bisa bertindak berdasarkan
pengalaman.
“Sudah mas gapapa, kita kan masih punya tiket bus yang malam. Kita naik itu aja” ucapku.
Saya membeli tiket bus
malam ini ketika transit di Bangkok, di situs internet terpercaya. Harus
memasukan nomor kartu kredit, namun saya memasukan nomor kartu ATM saya dari
jenius. Jenius ini merupakan rekening dari bank BTPN. Kartu jenius saya
merupakan debit namun bisa terbaca sebagai kartu kredit. Sehingga untuk
transaksi-transaksi yang memerlukan kartu kredit, saya tinggal memasukan nomor
kartu jenius saya. Dan walaaa berhasil, sangat mudah.
Ternyata belum sampai
disitu masalah saya. Kini uang yang saya tukar di money changer, sudah menipis.
Saya harus menukar dollar saya ke rupee. Sedangkan di Jaipur ini sudah pukul
19.00 sangat tidak mungkin mencari money changer karena posisi saya sudah di Mc
Donald. Akhirnya saya mencoba membayar dengan menggunakan debit saya berlogo
mastercard dan tidak bisa. Semakin panik, lalu saya mencoba untuk menggunakan
debit jenius. Dan wala berhasil. Sekarang bagaimana saya menuju ke terminal dengan uang
dollar ini. Akhirnya saya mencari mesin atm di dekat Mc Donald ini, karena
khawatir tidak bisa kembali, akhirnya saya mencoba untuk menarik dengan kartu
jenius. Dan berhasil, sungguh sangat membantu saya untuk menuju Taj Mahal sang
impian saya.
terimakasih jenius #jalan2jenius. buat temen temen yang mau mendaftar silahkan kunjungi website jenius atau mengunjuki ke www.cocreate.id,
Sabtu, 11 November 2018
Pukul 08.00
“Agra – Taj Mahal”
“Subhanallah,
Awesome, bagus banget mas..”
Mungkin itu kata kata saya
ketika menyaksikan sunrise di taj mahal. Sungguh sangat amat menjadi pengalaman
berharga saya bisa menyaksikan Taj Mahal dengan mata kepala sendiri bagaimana
megahnya bangunan ini. Bagaimana perjuangan saya ketempat yang sangat krusial ini. Saya mempelajari bahwa setiap orang dapat melakukan
seuatu hal diluar kemampuannya karena sesuatu hal seperti cinta atau keinginan
yg benar benar besar.
Semua lamunanku terhenti ketika bus yang saya tumpangi ini berhenti
dan ditilang oleh polisi..
-To be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar